Ringkasan Kajian Rutin: Riyadhush Shalihin #5

December 06, 2021
Ustadz Ahmad Halim Hafizhahullahu Ta'ala
27 Oktober 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..
Melanjutkan hadits ke-4. Hadits ini memiliki makna, seseorang apabila berniat melakukan amal shalih, akan tetapi ia terhalangi untuk melakukan amalan tersebut. Maka ia mendapatkan pahala amal shalih walau ia tidak mengerjakannya dan pahala dari niat baik yang ia telah lakukan. Kalau seandainya seseorang tidak beramal karena sebab udzur, tatkala ia mampu beramal kemudian ia lemah atau tidak mampu pada waktu lainnya, maka ia dicatat dengan amal yang sempurna. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, apabila seseorang hamba itu sakit atau safar, maka dicatat amal-amal yang biasa ia lakukan ketika ia sehat ataupun tidak safar.

Syaikh Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala mengatakan, orang yang berantusias atas amalan tersebut dari kebiasaannya akan tetapi ia tercegah dari suatu penghalang. Maka dia tetap dicatat pahalanya secara sempurna. Apabila seseorang itu kebiasaannya adalah shalat berjama'ah di masjid. Akan tetapi terhalang pada dia seperti tertidur di waktu shalat atau sakit ataupun yang semisal. Maka dia dicatat dengan pahala orang yang shalat berjama'ah tanpa pengurangan. Demikian pula orang itu sering melakukan shalat sunnah akan tetapi ada yang menghalangi dia sehingga dia tidak bisa melakukannya. Maka dicatat pula pahala amalan shalat sunnah yang biasa ia lakukan tadi.

Kalau amalannya bukan kebiasaannya, maka ketika ia tercegah dari melakukan amalan itu, ia tetap mendapatkan pahala dari niat.

Dalilnya adalah berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tatkala orang-orang faqir dari kalangan shahabat bertanya kepada Rasulullah, "wahai Rasulullah, telah berlalu dari kita orang-orang kaya dengan pahala-pahala dan kenikmatan yang tetap". Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "maukah aku khabarkan kepada kalian yang kalau kalian melakukannya kalian bisa mengejar orang-orang yang mendahului kalian dan kalian tidak diungguli seorangpun kecuali oleh orang yang mengerjakan seperti apa yang kalian kerjakan". Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, bertasbih, bertakbir dan bertahmid setiap setelah shalat 33 kali.

Maka merekapun mengerjakannya, kemudian orang-orang kaya mengetahuinya maka mereka juga mengerjakan seperti yang mereka kerjakan, maka orang-orang faqir kembali datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berkata, "wahai Rasulullah saudara-saudara kita orang-orang kaya mengetahui apa yang kami kerjakan lantas mereka pun mengerjakannya”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “itulah karunia Allah, yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki, dan Allah yang memiliki karunia yang amat besar”.

Di lain kesempatan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang orang yang Allah berikan padanya harta yang dia infaq-kan di jalan kebaikan, dan ada seorang yang miskin yang berkata, “kalau seandainya aku memiliki harga seperti fulan, maka aku akan sedekah dengan uang itu”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, maka ia mendapatkan pahala atas niat dari amalan tersebut.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa tidaklah kalian berjalan pada suatu perjalanan lalu kalian melewati suatu lembah, lereng-lereng, bukit-bukit maka mereka mendapatkan pahala seperti kalian.

Hal tersebut juga ditunjukkan dalam Firman Allahu Ta'ala.
مَا كَانَ لِاَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِّنَ الْاَعْرَابِ اَنْ يَّتَخَلَّفُوْا عَنْ رَّسُوْلِ اللّٰهِ وَلَا يَرْغَبُوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَنْ نَّفْسِهٖۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ لَا يُصِيْبُهُمْ ظَمَاٌ وَّلَا نَصَبٌ وَّلَا مَخْمَصَةٌ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَطَـُٔوْنَ مَوْطِئًا يَّغِيْظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُوْنَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلًا اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهٖ عَمَلٌ صَالِحٌۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,
(QS. At-Taubah: 120)
‪وَلَا يُنْفِقُوْنَ نَفَقَةً صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً وَّلَا يَقْطَعُوْنَ وَادِيًا اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللّٰهُ اَحْسَنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal shalih pula) karena Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
(QS. At-Taubah: 121)

Seperti halnya, apabila ia berwudhu' dengan benar lalu ia keluar dari rumahnya untuk ke masjid. Banyaknya langkah menjadi sebab diangkatnya derajat dari tiap langkahnya dan Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya pula dari tiap langkahnya.

Hadits-5
Dari Abu Yazid, yaitu Ma'an bin Yazid bin Akhnas Radhiyallahu 'anhum. Ia, ayahnya dan kakeknya (ketiganya) adalah termasuk golongan shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Berkata Ma'an Radhiyallahu 'anhu, "ayahku, yaitu Yazid mengeluarkan beberapa dinar yang dengannya ia bersedekah, lalu ia letakkan di sisi seseorang di dalam masjid". Aku datang untuk mengambilnya, kemudian aku menemui ayahku dengan membawa dinar tadi. Kemudian ayahku berkata, "Demi Allah, bukan engkau yang kukehendaki untuk diberi sedekah itu."

Selanjutnya hal itu diadukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bagimu (Yazid) apa yang telah kau yang niatkan, yakni bahwa engkau telah memperoleh pahala sesuai dengan niat sedekahmu itu. Sedang bagimu (Ma'an) adalah apa yang engkau ambil, yakni bahwa engkau boleh memiliki dinar tersebut, kerana hal tersebut juga sudah diizinkan oleh orang yang ada di masjid, yang dimaksudkan oleh Yazid tadi."

Manusia apabila ia meniatkan amalan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala atas niatnya.
Sebagai contoh:
1. Seandainya seseorang memberikan zakatnya kepada seseorang yang dikira ahli zakat. Kemudian ketahuan bahwa orang ahli zakat ini kaya. Maka zakatnya itu tetap teranggap sebagai zakat dan diterima di sisi Allah.
2. Apabila ia mewakafkan sesuatu. Seperti seseorang ingin mewakafkan rumah kecil. Ia mewakafkan rumahku untuk si fulan. Tetapi ia malah mengisyaratkan rumah yang besar. Maka pahala yang teranggap adalah mewakafkan rumah yang kecil. Karena amalan itu tergantung niatnya.
3. Seorang yang tidak mengetahui perbedaan umrah dan haji. Ia meniatkan untuk umrah, akan tetapi ia adalah sedang haji. Maka sesungguhnya amalan itu apa yang ia niatkan, yaitu pahala berhaji.
4. Apabila seseorang berucap kepada istrinya "kamu saya talak!". Tapi dia menginginkan talak itu dengan ikatan tertentu, bukan terkait pernikahan. Maka istrinya tidak tertalak karena yang dihitung atau teranggap adalah niatnya.

Allahu a'lam.

No comments:

Powered by Blogger.