Ringkasan Kajian Rutin: Riyadhush Shalihin #7

December 12, 2021
Ustadz Ahmad Halim Hafizhahullahu Ta'ala 
10 November 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..
Hadits-7
Hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memandang kepada jasad kalian dan bentuk rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati-hati kalian. Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya.

Telah berkata Ibnu Utsaimin Rahimahullahu, ucapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa Allah itu memandang dan melihat dari hati-hati kalian. Dalam beberapa riwayat lain terdapat tambahan, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala memandang dari hati-hati kalian dan amalan-amalan kalian. (Hadits tambahan yang shahih berarti merupakan tambahan fa'idah 'ilmu)

Hadits ini menunjukkan kepada Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala pada QS. Al-Hujurat: 13.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan telah kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan  bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa'. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)

Beliau Rahimahullah menyambung, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memandang kepada hamba-hamba pada jasad-jasad mereka. Apakah hamba itu dalam kondisi besar atau kecil, sehat ataupun sakit. Dan tidak pula memandang kepada rupa yang cantik ataupun jelek. Sehingga yang dipandang oleh Allah adalah amalan hati dan amalan zhahir. Semua ini tidak ada sedikit pun nilainya di depan Allah. Bahwa Allah tidak melihat kepada nasab. Apakah ia punya nasab yang tinggi atau nasab yang rendah. Dan tidak melihat kepada harta dan tidak memandang kepada sesuatu seperti ini selama-lamanya.

Syaikh Utsaimin Rahimahullahu Ta'ala mengatakan tidak ada diantara seorang dan Allah Subhanahu wa Ta'ala penyambung kecuali dengan ketaqwa'an. Maka barang siapa yang kepada Allah itu paling bertaqwa' sungguh ia adalah orang yang paling dekat dengan Allah dan di sisi Allah memiliki kemuliaan. Dengan begitu, janganlah kamu itu sombong (merasa angkuh) dengan hartamu, tidak pula dengan badanmu, juga berbangga dengan anak-anakmu dan dengan rumah yang seperti istana milikmu dan berbangga dengan mobil-mobilmu dan juga dari sesuatu yang ada di dunia ini selama-lamanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menyenangi orang-orang yang sombong.

Hanya saja apabila Allah memberikan taufiq hidayah kepadamu dengan ketaqwa'an maka ini adalah karunia Allah kepadamu. Maka pujilah dan sanjunglah Allah atas karunia tadi. Dan ketahuilah bahwa amal-amal itu dengan niat. Dan hati-hati itulah tempat beredarnya niat. Beliau Rahimahullah mengatakan berapa banyak orang yang tampak bahwa amalannya baik, sah ataupun shalih akan tetapi tatkala amalan yang baik tadi dibangun di atas suatu kehancuran, maka ia akan mendapatkan kehancuran pula. Niat itu adalah suatu pokok dasar, terkadang kita mendapatkan 2 orang shalat pada shaf yang sama dalam shalat berjama'ah kemudian dengan imam yang sama, yaitu kita mendapatkan nilainya kedua orang shalat tersebut seperti timur dan barat, jauh bedanya.

Karena hati  kedua orang ini berbeda. Hatinya ada yang lalai ataupun riya' di dalam shalatnya. (Kita memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar termasuk orang yang menginginkan wajah Allah untuk mendapatkan negeri akhirat). Dan yang lainnya itu menghadirkan hatinya dalam shalatnya dan beramal dalam rangka mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka diantara keduanya memiliki perbedaan yang besar ibarat timur dan barat. Maka 'ilmu atas apa yang ada di dalam hati dan apa yang ada di dalam hati menjadi alasan di yaumul kiamah kelak.

Dalam beberapa ayat dalam QS. At-Thariq: 8-9.
اِنَّهٗ عَلٰى رَجْعِهٖ لَقَادِرٌۗ
Sesungguhnya Allah itu mampu untuk mengembalikan yang hidup setelah mati. (QS. At-Thariq: 8)
يَوْمَ تُبْلَى السَّرَاۤىِٕرُۙ
Pada hari Allah singkapkan apa-apa yang menjadi rahasia di hati-hati manusia. (QS. At-Thariq: 9)
Di saat itu di hari kiamat, Allah Azza wa Jalla menampakkan pada amalan-amalan hati bukan kepada amalan-amalan zhahirnya. Karena hanya Allah yang mengetahui amalan hati, sedangkan manusia dapat melihat dan menilai amalan zhahir. Maka apabila yang ada di dalam hati-hati itu baik, maka berilah kabar gembira. Apakah ia tidak mengetahui apa-apa yang dibangkitkan di dalam kubur, yang dilahirkan dan yang ada di dalam dada-dada manusia. Maka 'ilmu itu atas apa yang ada di dalam hati manusia.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam kitab atau sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Menekankan tentang pentingnya niat. Yang wajib bagi seseorang adalah untuk memperbaiki niatnya, memperbaiki hatinya agar dia memandang apa yang ada di dalam hatinya dalam bentuk keraguan, kemudian dia menghilangkan keraguan tadi bagaimanapun caranya. Maka kita harus memperhatikan hati kita. Keadaan yang demikian itu seharusnya manusia melihat kepada ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
Sesungguhnya pada penciptaan langit-langit dan bumi dan perpindahan siang dan malam. Itu adalah bukti atau tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali 'Imran: 190)

Dan dalam firman lain.
Sesungguhnya pada penciptaan langit-langit dan bumi itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka apabila syaithan itu melempar keraguan ke dalam hati. Maka perhatikanlah ayat-ayat tadi. Perhatikanlah pada alam ini, siapa pencipta alam ini. Itulah pekerjaan syaithan, yaitu untuk melemparkan keraguan ke dalam hati-hati manusia. Beliau Rahimahullah menyebutkan bahwa perhatikanlah keadaan-keadaan bagaimana Allah menggantikan hari-hari diantara manusia. Terkadang merasa senang, terkadang susah, kadang menang, kadang kalah. "Dan demikianlah Kami menggantikan hari-hari di antara manusia." Itulah hikmah dari Allah kepada manusia. Sampai engkau mengetahui bahwasanya pada alam ini ada yang mengaturnya dengan penuh hikmah yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka Kalau kesyirikan itu tampak di hatimu. Lakukanlah cara apapun untuk menghilangkannya.

Yang memberikan pahala dan memberikan siksa, Dialah Allah Azza wa Jalla. Mengapa seseorang itu berniat untuk beribadah untuk mendekatkan diri kepada makhluk, oleh sebab ini pelajaran yang bisa kita ambil. Orang yang beribadah untuk mendekatkan diri kepada makhluk dan juga kepada Allah. Maka Allah akan menjauhkannya dari makhluk dan Allah akan menjauh darinya.

Jadi, maksudnya tidaklah menambah pendekatan dia kepada makhluk dan Allah. Kecuali membuat dia makin jauh dari Allah dan juga makhluk-Nya. Karena apabila Allah ridha kepadanya maka Allah akan mendekatkannya dengan makhluk. Dan apabila Allah murka dengannya, maka Allah akan menjauhkannya dari-Nya dan juga dari makhluk.

Maka, obatilah hatimu terus menerus. Jadilah orang yang terus mencuci hati. Sebagaimana Allah berfirman, merekalah orang-orang yang Allah tidak menginginkan untuk membersihkan hati-hati mereka. Maka membersihkan hati itu hal yang penting sekali. Kita memohon kepada Allah untuk membersihkan hati-hati kita untuk mengikhlaskan niat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya kita mengikuti.

Allahu a'lam..

No comments:

Powered by Blogger.