Ringkasan Kajian Rutin: Kitabul 'Ilmi #10

December 22, 2021
Ustadz Abu Zaid Hafizhahullahu Ta'ala 
30 November 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..
Adab Penuntut 'Ilmu 
8. Sabar dalam menuntut 'ilmu
Apapun yang dialami jika sabar tidak bersamanya, maka orang akan gagal. Dalam berbagai hal kita membutuhkan kesabaran, maka begitupula dalam menuntut 'ilmu. Dengan kesabaran itu, maka ia akan mendapatkan predikat orang yang bersabar atau tekun.

9. Menghormati dan memuliakan para 'ulama
Sesungguhnya wajib atas penuntut 'ilmu untuk menghormati 'ulama dan memuliakamnya. Dan hendaknya ia meluaskan dada-dada mereka dari apa yang terjadi berupa perselisihan di kalangan para 'ulama dan juga perselisihan yang terjadi si antara selain 'ulama. Dan hendaknya para penuntut 'ilmu menghadapi kesalahan-kesalahan para 'ulama dalam pemahaman mereka dengan memberikan udzur. Maka ini adalah poin yang penting sekali. Karena sebagian manusia, mereka itu mencari-cari kesalahan-kesalahan orang lain agar ia menjadikan dari kesalahan-kesalahan itu agar ia memberikan sikap yang tidak layak, dan mereka menyebarkannya di khalayak ramai lalu menjatuhkan kemuliaan mereka di hadapan manusia. Dan ini adalah sejelek-jeleknya adab.

Maka ketika mengghibahi orang awam dari kalangan manusia itu sudah termasuk dosa-dosa besar, maka lebih-lebih jika yang dighibahi adalah para 'ulama. Dikarenakan menggunjing orang 'alim tidak sebatas mudharatnya kepada orang 'alim ini, akan tetapi kepada dirinya dan 'ilmu syar'i yang dia bawa juga ikut dibicarakan. Dan manusia ketika mereka tidak memerdulikan orang 'alim atau dijatuhkan orang 'alim ini di pandangan-pandangan manusia, maka akan jatuh perkataan-perkataannya juga. Maka apabila orang 'alim ini mengucapkan kebenaran dan ia membimbing pada kebenaran itu, maka dari kesalahan-kesalahannya itu tidaklah lebih besar dari kebenaran-kebenarannya itu. Maka apabila ia dighibahi maka itu bisa menjadi sebab penghalang kebenarannya itu dari orang-orang. Maka ini bahayanya sangat besar dan mengerikan.

Sesungguhnya wajib atas para pemuda untuk mereka membawa apa yang terjadi perselisihan dari kalangan 'ulama, mereka itu membawa sesuatu yang baik. Dan hendaknya ia mengambil sikap kepada para 'ulama yang salah itu dengan sikap memberi udzur. Dan tidak menghalangi dia untuk berbicara kepada para 'ulama pada apa yang mereka yakini bahwa 'ulama ini salah. Agar 'ulama tersebut dapat menjelaskan kepada mereka apakah kesalahan ini memang darinya atau dari orang-orang yang mengatakan 'ulama itu salah. Karena sebagian manusia menggambarkan bahwa perkataan 'ulama ini salah, kemudian setelah dia berdiskusi, barulah nampak padanya kebenarannya bahwa 'ulama inilah yang benar.

Dan manusia itu tetaplah manusia.
Dikatakan dalam hadits bahwasanya seluruh anak Adam itu pasti punya kesalahan dan sebaik-baik dari mereka adalah yang bertaubat.

Senang jika saudaranya melakukan kesalahan dan menyebarkannya di tengah manusia hingga terjadinya perpecahan. Maka ini bukanlah jalannya orang-orang salaf. Dan seperti itu juga terhadap apa yang terjadi berupa kesalahan dari kalangan para pemimpin. Tidak boleh bagi kita menjadikan apa yang mereka salah itu sebagai tanda untuk mencela mereka di segala sesuatunya, lantas ia menutup mata terhadap kebaikan-kebaikan yang ada pada para pemimpin, karena Allahu Ta'ala berfirman dalam Kitab-Nya.
ÙŠٰٓاَÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِÙŠْÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆْا ÙƒُÙˆْÙ†ُÙˆْا Ù‚َÙˆَّامِÙŠْÙ†َ Ù„ِÙ„ّٰÙ‡ِ Ø´ُÙ‡َدَاۤØ¡َ بِالْÙ‚ِسْØ·ِۖ ÙˆَÙ„َا ÙŠَجْرِÙ…َÙ†َّÙƒُÙ…ْ Ø´َÙ†َاٰÙ†ُ Ù‚َÙˆْÙ…ٍ عَÙ„ٰٓÙ‰ اَÙ„َّا تَعْدِÙ„ُÙˆْا ۗاِعْدِÙ„ُÙˆْاۗ 
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian itu orang-orang yang lurus karena Allah, saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian kepada suatu kaum, membuat kalian bersikap tidak adil. (QS. Al-Ma'idah: 8)

Yakni jangan sampai kebencian kalian terhadap suatu kaum menyeret pada sikap yang tidak adil, maka keadilan itu wajib. Maka tidak halal bagi manusia untuk mengambil ketergelinciran seseorang dari kalangan pemimpin, 'ulama atau orang lain siapapun itu, lalu ia menyebarkannya di tengah-tengah manusia dan ia diam terhadap kebaikan-kebaikan mereka. Maka sesungguhnya ini bukannya adab yang baik.

Lalu samakanlah/kiaskanlah ini pada dirimu, kalau ada seseorang yang orang ini dikuasakan di atasmu kemudian ia menyebarkan kesalahan-kesalahanmu dan keburukan-keburukanmu dan ia menyembunyikan kebaikan-kebaikanmu serta budi-budi baikmu, niscaya engkau akan mengangkat itu sebagai kejahatan terhadapmu. Maka apabila keadaannya seperti itu, maka wajib bagimu untuk memperlakukan yang sebagaimana itu kepada orang lain, sebagaimana hendaknya engkau berhubungan (berdialog) dengan orang yang mempunyai kesalahan tersebut. Sehingga akan jelas sikap kita setelah dialog itu.

Berapa banyak dari manusia setelah dialog ia kembali rujuk dari ucapannya setelah itu. Dan berapa banyak dari manusia setelah dialog, ucapannya menjadi benar yang kita menyangkanya ia sebelumnya salah. Maka orang yang beriman terhadap orang yang beriman itu seperti satu bangunan, yaitu saling menguatkan satu sama lain.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, barang siapa yang suka untuk dijauhi dari nereka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaknya ia beriman kepada Allah dan Hari Akhir ketika datang kematian padanya dan hendaknya ia mendatangkan bagi manusia perkara yang ia suka jika perkara itu datang kepadanya.

Dan inilah yang dikatakan dengan keadilan dan sikap yang lurus.

10. Berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah
Wajib atas penuntut 'ilmu untuk serius dengan sempurna, bertekad untuk menyelesaikan suatu pembahasan, kitab dan sebagainya. Untuk mendapatkan 'ilmu dan mengambil dari pokoknya yang mana ia tidak akan beruntung bagi penuntut 'ilmu jika ia tidak memulai dengan cara ini.
1) Al-Qur'anul Karim.
Maka sesungguhnya wajib atas penuntun 'ilmu untuk serius di atas Qur'an ini, yaitu membacanya, menghafalnya, memahaminya dan mengamalkannya. Karena ini adalah pokoknya 'ilmu, pondasinya 'ilmu. Dan dulu para salaf sangat serius atas Qur'an. Maka akan disebutkan dari mereka para salaf, keseriusan mereka di atas Qur'an ini. Maka aku dapati salah seorang dari salaf itu menghafal Qur'an sejak 7 tahun. Dan sebagian dari mereka itu para salaf menghafal Qur'an dalam waktu 1 bulan. Maka pada kejadian ini menunjukkan atas keseriusan salaf di atas Qur'an. Maka wajib bagi penuntut 'ilmu untuk menghafalnya di depan pengajarnya. Dikarenakan Qur'an itu diambil dari metode talaqqi atau tatap muka. Dan sesungguhnya termasuk hal yang disayangkan sebagian penuntut 'ilmu tidak menghafal Qur'an bahkan di sebagian mereka tidak membaguskan bacaan Qur'annya. Ini adalah kesalahan yang besar dari cara menuntut 'ilmu. Karena itu maka wajib bagi penuntut 'ilmu untuk serius menghafal, memahami dan mengamalkan Qur'an berdasarkan pemahaman salafush shalih.

Allahu a'lam.. 

No comments:

Powered by Blogger.