Ringkasan Kajian Rutin: Riyadhush Shalihin #11

December 28, 2021
Ustadz Ahmad Halim Hafizhahullahu Ta'ala 
8 Desember 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..
Hadits Terakhir
Tentang orang yang bertawasul meminta hajat kepada Allah dengan menyebutkan amal-amal shalih yang telah mereka kerjakan.
Dari Abu Abdirrahman Abdillah bin 'Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'anhuma. Beliau berkata, aku pernah dengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, berangkatlah tiga orang dari orang-orang sebelum kalian. Sampai akhirnya mereka itu masuk ke dalam sebuah gua untuk bermalam. Kemudian jatuhlah sebuah batu besar dari atas gunung. Maka batu itu menutup mulut gua tersebut. Maka mereka berkata, sesunggunya tidaklah kalian itu bisa selamat dari batu yang besar ini kecuali kalian berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal shalih atau baiknya amal-amal kalian. Berkata seorang diantara mereka, Ya Allah.. dahulu aku memiliki dua orang tua yang sudah tua, dahulu tidak akan memberikan minum kepada keluarga dan budak sebelum keduanya. Maka kemudian suatu hari aku pergi mencari kayu lalu aku terlambat datang sampai keduanya tidur. Maka kemudian aku memerah susu untuk keduanya untuk diminum oleh mereka. Lalu aku tidak ingin  untuk membangunkan keduanya dan aku tidak akan memberikan minum kepada keluarga atau budakku sebelum keduanya. Maka aku menunggu keduanya tidur sambil aku memegang tempat air susu di tanganku. Maka aku menunggu keduanya bangun sampai terbitlah fajar, sedangkan anak perempuanku memegang tanganku sambil meminta susu itu. Kemudian akhirnya keduanya bangun, maka keduanya minum dari susu yang aku perah. Ya Allah.. jika yang aku kerjakan ini untuk mencari wajah-Mu, maka bukakanlah dari kami yang kami berada padanya dari batu ini. Maka batu tersebut bergeser sedikit akan tetapi mereka belum bisa keluar dari gua tersebut. Lalu berkata orang yang kedua, Ya Allah.. dahulu aku memiliki sepupu perempuanku, dahulu ia termasuk orang yang paling aku cintai. Aku sangat mencintainya seperti seorang laki-laki kepada wanita. Maka aku sangat menginginkan dirinya kemudian dia mencegahnya dariku, sampai akhirnya terjadilah masa paceklik dari tahun-tahun paceklik.  Kemudian anak perempuan pamanku itu datang kepadaku, lalu aku memberikan kepadanya 120 Dinar, tapi syaratnya agar dia bisa melepaskan di antara diriku dan dirinya, artinya dia bisa menyerahkan dirinya kepadaku yang sangat mencintainya. Hingga aku sudah duduk di atas kedua kakinya. Dia berkata, bertaqwa'lah engkau kepada Allah, janganlah engkau melepaskan cincin ini kecuali dengan haqnya. Kemudian akupun kemudian berpaling darinya. Sedangkan ia adalah manusia yang paling aku cintai. Kemudian akupun meninggalkan apa yang telah aku berikan padanya yaitu berupa emas padanya. Ya Allah.. jika aku mengerjakan yang demikian dalam rangka melihat wajah-Mu, maka bukakanlah dariku apa yang kami berada padanya. Kemudian terbukalah sedikit dari batu tersebut, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua tersebut. Yang ketiga, Ya Allah.. sesungguhnya aku ini mempekerjakan beberapa pegawai dan memberikan gaji kepada mereka. Selain satu orang pegawaiku yang dia telah meninggalkan aku pergi. Dia memiliki sesuatu yang ditinggalkan, kemudian dia pergi maka akupun mengembangkan gajinya sampai banyak harta-harta yang dimilikinya. Kemudian sampai-sampai ia datang kepadaku, ia mengatakan kepadaku, "berikanlah kepadaku upahku". Lalu aku mengatakan, "setiap dari apa yang engkau lihat ini adalah gajimu". Berupa unta, sapi, kambing dari budak yang menggembala. Lalu ia mengatakan kepadaku, "Ya hamba Allah, janganlah engkau mengolok-olokku". Aku menjawab, "aku tidaklah mengolok-olokmu". Kemudian ia mengambil seluruhnya dan tidak menyisakan sedikitpun dari harta yang telah dikembangkan itu. Ya Allah.. apabila yang telah aku lakukan itu dalam rangka mencari wajah-Mu, maka bukakanlah dari apa yang kami berada padanya. Kemudian batu itu mulai bergeser dan akhirnya mereka pun bisa keluar dari gua tersebut.

Tiga orang ini berkisah tentang amal-amal shalih yang mereka sebutkan di hadapan Allah. Mereka mencari wasilah yang bisa menjadikan do'a mereka itu dikabulkan. Wasilah yang syariah di antaranya adalah wasilah dengan menyebutkan amal-amal shalih kita yang pernah kita kerjakan terdahulu. Yang kita menyebutkan bahwa amal shalih tersebut kita mengerjakan dalam rangka mencari wajah Allah atau ikhlas

Di antara wasilah yang syar'i atau diperbolehkan antara lain: 
1. Menyebutkan amalan yang telah dilakukan dengan mengharap wajah Allah,
2. Menyebutkan asma' wa shifat,
3. Menyebutkan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Telah berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah, telah pergi tiga lelaki, mereka mencari perlindungan untuk untuk bermalam kemudian mereka masuk ke gua untuk mereka bermalam di gua tersebut. Gua itu adalah apa yang ada di bagian dari gunung, sebagimana biasanya orang-orang masuk kepadanya untuk bermalam dan bisa merasa hangat di dalamnya. Atau mereka itu berlindung dari matahari dan apa yang semisalnya. Kemudian mereka berlindung/bermalam dalam gua ini, kemudian jatuhlah sebuah batu besar sampai menutupi mulut gua mereka. Mereka tidak mampu untuk merubah posisi dari batu tersebut karena batu tersebut besar. Kemudian mereka berpandangan untuk bertawasul kepada Allah dengan menyebutkan baiknya amal-amal mereka.

1. Kalau disebut dengan keluarga itu seperti istri dan anak. kalau disebut dengan al-mal itu seperti budak dan semisalnya dan itu termasuk dalam makna harta. Orang tersebut memiliki kambing kemudian ia memerah susu di akhir dari siang hari lalu kembali di waktu sore untuk memberikan susu tersebut kepada orang tuanya dan sisanya nanti diberikan kepada keluarganya dan budaknya. Kemudian kalimat yang bisa kita ambil adalah, Ya Allah.. jika aku menjalani amalan tersebut dalam rangka mencari wajahmu, maka bukakanlah dari kami apa yang kami ada padanya. Maknanya adalah jika aku beramal dengan ikhlas Engkau. Dalam cerita ini, dalilnya yang menunjukkan keikhlasan untuk Allah dalam beramal dan keikhlasan itu merupakan tempat berputarnya sesuatu yang besar di dalam penerimaan amalan. Maka kemudian Allah menerima dari orang tersebut dengan wasilah ini maka kemudian bergeserlah batu yang besar tersebut. Akan tetapi bergesernya batu itu tidak mampu mengeluarkan mereka di dalam gua tersebut.
2. Tentang menjaga kehormatan dengan cara yang sempurna. Ketika ia mencintai anak perempuan pamannya, sampai akhirnya ia mencintai sepupunya itu seperti mencintainya laki-laki kepada perempuan maka artinya ia ingin berzina dengan perempuan tersebut. Akan tetapi sepupunya tersebut mengatkan, "janganlah engkau melepas cincin ini (memecahkan keperawanan) kecuali dengan haqnya". Kemudian ia pergi meninggalkan sepupunya itu dan ia meninggalkan apa yang telah ia berikan kepadanya berupa emas tadi. Maka ini termasuk juga amal shalih yang dijadikan wasilah dalam berdo'a kepada Allahu Ta'ala.
3. Seorang bertawasul dengan amanah, perbaikan dan dengan keikhlasan dalam amalannya. Laki-laki ini telah mempekerjakan para pekerja kemudian orang tersebut memberikan gaji kepada pegawainya kecuali kepada satu orang dari pegawainya karena orang tersebut meninggalkan dari gajinya dan tidak mengambilnya. Kemudian jadilah orang yang mempekerjakan ini mengembangkan harta/gaji orang yang tidak mengambil upahnya tadi sampai akhirnya harta tersebut bisa menjadi seekora unta, seekor sapi dan kambing serta budak yang menggembalai hewan-hewan tersebut dan juga harta yang banyak. Kemudian datanglah pekerja tersebut kepada orang yang mempekerjakannya, justru diberikan semuanya kepada pekerja tersebut. Berarti di situ ada amanah dari harta tersebut, kemudian ada perbaikan padanya dan kemudian ada keikhlasan pada amalannya karena diambil seluruhnya pun ia tidak menuntut satupun dari apa yang telah ia kembangkan.

Maka inilah yang dijadikan dengan bertawasul kepada Allah dengan menyebutkan amalan tadi. Maka Allah pun menerima do'a tersebut dan hasilnya do'a ketiga dari orang tersebut membukakan pintu dari gua dengan batu yang tertutup itu dan menjadikan mereka bisa keluar dan berjalan.

Tawasul dan beramal shalih itu seperti ibaratnya membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan. Lalu kita berdoa, bertawasul kepada Allah dengan menyebutkan amalan tadi. Kesempatan itu bisa kita pakai ketika sesuatu itu kita kerjakan dan seperti ini pula kita mempelajari kitab ini.

Faidah dari hadits tersebut:
1. Keutamaan tentang berbuat baik kepada kedua orang tua. Itu termasuk dari amalan-amalan shalih yang dengannya bisa membuka, menghilangkan segala macam kesulitan-kesulitan. Dan bisa menghilangkan daripadanya bentuk-bentuk kezhaliman.
2. Keutamaan orang yang bisa melindungi dirinya dari perbuatan zina, karena apabila seseorang itu bisa menahan dirinya dari perzinaan padahal ia punya kemampuan untuk melakukan zina tersebut. Maka itu termasuk amalan yang paling afdhal. Sungguh telah datang tsabit dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, termasuk dari tujuh golongan yang Allah lindungi di yaumil kiamah, yang tidak ada perlindungan dari manapun kecuali dari Allah saja. Yaitu seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki jabatan dan kedudukan juga cantik. Namun ia menolak dengan berkata "saya takut kepada Allah".
3. Keutamaan daripada amanah dan perbaikan suatu amanah untuk orang lain. Karena sesunguhnya laki-laki ini, dengan kemampuannya tatkala datang orang yang ia pekerjakan kemudian ia memberikan gajinya dan apa yang telah dikembangkan dari hartanya. Tetapi semua ini karena ikhlas kepada Allahu Ta'ala. Kemudian dari hadits ini pula, menerangkan tentang kemampuan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala menggeser batu tersebut dengan izin-Nya. Saat itu tidak datang mobil untuk memindahkan batu tersebut, juga tidak datang para laki-laki untuk memindahkan batu tersebut. Itu hanya merupakan urusan Allah.
4. Allah itu mendengar do'a hamba-hamba-Nya dan sekaligus mengijabahi do'a mereka.
5. Keikhlasan itu menjadi sebab-sebab dihilangkan dari berbagai macam kesulitan. Maka kita harus berlindung kepada Allah dari sifat-sifat yang berlawan dengan ikhlas yaitu riya' yang termasuk syirik ashgar.

Oleh sebab ini ada suatu hadits yang perlu kita ketahui tentang perbutan syirik lawan dari ikhlas yaitu hadits yang shahih yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabbnya. Hadits qudsi tentang kesyirikan. Allah mengatakan, "Aku tidak membutuhkan sekutu-sekutu. Barang siapa yang beramal dengan suatu amalan yang ia menserikatkan Aku dengan yang lainnya. Maka Aku akan meninggalkan ia dan kesyirikannya". Hadits ini menunjukkan bahwa Allah tidak membutuhkan sekutu-sekutu, maka kita jangan sampai menjadikan Allah itu ada sekutu-sekutunya. Do'a hanya kepada Allah, beribadah hanya kepada Allah, tawakkal hanya kepada Allah, meminta hanya kepada Allah, tidak ada kepada selain-Nya.

Allahu Ta'ala a'lam bishawab.

No comments:

Powered by Blogger.