Ringkasan Kajian Rutin: Kitabul 'Ilmi #9

December 18, 2021
Ustadz Abu Zaid Hafizhahullah 
23 November 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..
Adab seorang penuntut 'ilmu
7. Al-Hikmah
Seorang da'i harus punya hikmah dalam dakwah. Hikmah artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hikmah diambil dari kata ihkam. Dicontohkan tentang hikmah dalam dakwah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Contoh pertama. Telah datang seorang Arab Badui, kemudian orang itu kencing di sudut dari masjid. Bangkitlah para shahabat menghardiknya dan mengusirnya. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menghalangi para shahabat. Dan ketika telah selesai kencingnya orang Badui tadi, Nabi memanggilnya dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada orang tadi, sesungguhnya masjid-masjid ini tidak pantas untuk sesuatu berupa semisal kencing ini dan juga semisal kotoran. Sesugguhnya saja masjid-masjid ini untuk berdzikir kepada Allahu Ta'ala dan qira'atul Qur'an.
Apa menurut kalian yang lebih bagus dari hikmah ini? Orang Badui tadi menjadi lapang dada dan iapun berdoa kepada Allah, Ya Allah rahmatilah aku dan rahmatilah Muhammad dan jangan Engkau rahmati yang selainnya.

Contoh kedua. Dari Mu'awiyah bin Hakam Assulami Radhiyallahu 'anhu. Beliau Radhiyallahu 'anhu berkata, ketika kami dalam shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba ada seseorang yang bersin. Maka beliau Radhiyallahu 'anhu mengucapkan "yarhamukallah", maka kaum tersebut memandangiku (Mu'awiyah) dengan pandangan-pandangan mereka. Lalu aku berkata, "Ibuku kehilanganku, apa urusan kalian melihat-lihat padaku?!" Maka mereka memukul-mukul dengan tangan mereka kepada paha-paha mereka (mengisyaratkanku untuk diam). Maka ketika aku melihat mereka berusaha mendiamkanku, aku pun mulai diam. Maka tatkala telah selesai shalat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, demi bapakku dan ibuku! aku belum pernah melihat seorang pengajar setelahnya yang lebih baik pengajarannya dari beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidaklah beliau menghardikku, memukulku, dan tidak pula memarahiku. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, sesungguhnya shalat ini tidak pantas untuk ucapan manusia. Sesungguhnya saja shalat itu hanyalah tasbih, tahmidtakbir dan membaca Al-Qur'an. Maka tidak ada yarhamukallah di dalamnya. Dan dari sini kita melihat bahwa di jalan Allah itu wajib adanya hikmah.

Contoh lainnya. Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang di jarinya ada cincin emas. Padahal cincin (perhiasan) emas itu haram atas para laki-laki. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melepasnya dari tangan laki-laki tadi dan beliau melempar cincin tersebut. Beliau pun bersabda, salah seorang dari kalian dengan sengaja mengambil bara api neraka dan meletakkannya di tangannya. Dan ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi, orang-orang mengatakan kepada laki-laki tadi, ambil cincinmu dan ambil manfaat darinya (menjualnya). Ia mengatakan, Demi Allah aku tidak akan mengambil cincin yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah membuangnya.

Maka metode/arahan di sini keras. Dan terkadang hikmah dalam dakwah itu memang keras karena di situ terdapat perkara yang berbahaya. Maka setiap sesuatu itu ada tempatnya tersendiri. Seperti inilah selayaknya bagi setiap orang yang berdakwah di jalan Allah. Hendaknya ia menempatkan perkara-perkara itu pada tempat-tempatnya. Dan tidaklah ia menjadikan manusia itu pada derajat yang sama. Dan maksudnya adalah supaya terjadinya/tercapainya manfaat.

Dan apabila kita mengamati apa yang ada pada para da'i sekarang ini. Sebagian dari mereka kita amati memiliki sifat kecemburuan yang besar pada agama. Sampai-sampai pada sikap ini, manusia benci pada dakwahnya. Kalau da'i mendapati seorang berbuat sesuatu yang haram, maka ia akan semakin dikenal memiliki sifat yang keras dan ia mengatakan, "apa kau tidak takut kepada Allah?" Dan apa yang semisal itu. Itu bukanlah perkara yang bagus untuk memiliki sifat yang keras bahkan dikenal seperti yang demikian itu. Karena sifat yang keras itu menghalangi hikmah, maka hendaknya ia berlemah lembut. 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu ketika beliau menukil ucapan Imam Syafi'i Rahimahullah kepada seorang ahlul kalam (orang yang jago bicara saja). Imam Syafi'i Rahimahullah mengatakan, hukumku tentang ahlul kalam ini, mereka dipukuli dengan pelepah kurma atau dengan sandal lalu mereka diarak di pasar-pasar. Karena ini balasan kepada orang yang meninggalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah

Berkata Syaikhul Islam Rahimahullah, sesungguhnya manusia apabila melihat kepada mereka ini. Memanglah pantas mereka dihukumi dengan apa yang dikatakan oleh Imam Syafi'i Rahimahullah. Akan tetapi ia (ahlul kalam) apabila kita melihatnya, sungguh dia memiliki kecerdasan akan tetapi syaithan telah menyesatkan mereka. Maka sesungguhnya dari sisi takdir, mereka telah disesatkan syaithan. Maka hendaknya kita menghukum mereka atas dasar rasa cinta dan peduli terhadap mereka. Karena sungguh mereka telah diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kesesatan. Mereka diberi kecerdasan akan tetapi diuji dengan kesesatan. Mereka diberi pemahaman akan tetapi tidak diberi 'ilmu. Mereka diberi pendengaran-pendengaran, penglihatan,-penglihatan dan hati-hati, akan tetapi mereka tidak menggunakannya sedikitpun.

Dan seperti inilah bagi kita seharusnya. Seharusnya kita melihat dari sisi syar'i dan dari sisi takdir. Dari sudut pandang syar'i, tidaklah kita menghukum mereka dan tidak takut pada celaan manusia. Allahu Ta'ala berfirman tentang penzina laki-laki dan perempuan.
 فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ 
Pukulah mereka. Satu persatu dari mereka diberi 100 pukulan. Dan janganlah hukuman kalian kepada mereka terhalangi hanya karena rasa sayang kalian. (QS. An-Nur: 2)
Sehingga menghukumnya kita itu betul-betul karena Allah.

Dan kita melihat mereka dengan kacamata takdir, maka kita mengasihi mereka, mengasihani mereka. Karena mereka telah jatuh pada kemaksiatan. Inilah termasuk dari pengaruh penuntut 'ilmu. Ia melaksanakan hukum tetapi ada rasa sayang terhadap yang dihukum ini. Maka penuntut 'ilmu yang ia menyeru ke jalan Allah, itu wajib menggunakan 'ilmu dari jalan hikmah

8. Keadaan seorang penuntut 'ilmu itu harus sabar di atas 'ilmu.
Yakni ia tekun dan terus menerus sabar. Tekun atas 'ilmu, tidak memutus 'ilmu dan tidak bosan. Bahkan keadaan dia itu terus menerus di dalam pembelajarannya sesuai dengan kadar yang dia mampui. Hendaknya ia sabar di atas 'ilmu dan tidak jenuh. Karena manusia itu apabila ujungnya adalah kebosanan, maka ia akan meninggalkan 'ilmu itu. Akan tetapi apabila ia terus tekun di atas 'ilmu. Maka ia akan meraih pahalanya orang sabar. Sesungguhnya saja Allahu Ta'ala memberikan pahala kepada orang-orang yang sabar itu pahala yang tanpa hitungan. Dan ada untuknya akhir kebaikan dari sisi yang lain.

Simaklah firman Allahu Ta'ala tatkala Allah mengajak bicara kepada Nabi-Nya dalam Qur'an Surah Hud: 49.
تِلْكَ مِنْ اَنْۢبَاۤءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهَآ اِلَيْكَ ۚمَا كُنْتَ تَعْلَمُهَآ اَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هٰذَاۚ فَاصْبِرْۚ اِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِيْنَ
Itu termasuk dari berita-berita ghaib. Aku beritakan kepada engkau, yang engkau dan kaummu tidak mengetahui itu. Maka bersabarlah. Sesungguhnya yang baik-baik itu ada dari Allahu Ta'ala untuk orang-orang bertaqwa.
(QS. Hud: 49

Allahu a'lam..

No comments:

Powered by Blogger.