Ringkasan Kajian Rutin: Adab Thalabul 'Ilmi #4

January 24, 2021
Ustadz Solikhin Hafizhahullahu Ta'ala
8 Jumadil Awwal 1440H/15 Januari 2019
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..
Melanjutkan ringkasan yang sama seperti kemarin dengan judul Adab Thalabul 'Ilmi. Beberapa kaidah yang wajib dipegang oleh penuntut ilmu. Salah satu dari penghalang ilmu ialah cinta yang nyata kepada kedudukan. Adab yang paling utama dari seorang penuntut ilmu ialah tawadhu'. Dan ia meninggalkan sifat ujub, berbangga dengan ilmunya, dan dia hendaknya menghilangkan rasa cinta kepada kedudukan.

Al-Imam Ats-Tsauri Rahimahullah pernah mengatakan barang siapa yang cinta kepada kedudukan maka hendaknya ia bersiap untuk saling mengadukan kepalanya, berkata yang lainnya cinta kedudukan ini penyakit dan tidak ada obatnya.

Malik bin Dinar Rahimahullah mengatakan bahwa barang siapa yang mempelajari ilmu hanya untuk mengamalkannya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memecahkan kesulitan-kesulitan menjadi jalan keluar dari ilmunya itu. Namun barang siapa yang mempelajari ilmu hanya untuk berbangga-bangga maka ia akan semakin bangga akan dirinya.

Seorang penuntut ilmu hendaknya meninggalkan seruan dengan suatu perkara yang ia tidak miliki kemampuannya atau kapasitasnya maka ia tidak perlu mencari-cari atau mengaku bahwa dirinya ahli padahal ia tidak tahu hakikatnya. Namun sebaliknya apabila ia memiliki kemampuan itu, ia tidak berbangga.

Berkata Abu Umar Ibnu Abdil Bar Rahimahullah dalam kitab Al-Jami' mengatakan, ia meninggalkan perkara-perkara yang ia tidak memiliki kemampuannya atau andilnya, dan ia meninggalkan kesombongan apabila ia memang memiliki jasa atau andil terhadap suatu perkara. Kecuali jika memang sangat dibutuhkan dan ia memang memiliki kemampuan. Pernah terjadi pada Nabi Yusuf 'Alaihissalam. Beliau berkata "Jadikan diriku menjadi orang yang mengurusi perbendaharaan di dunia ini". Nabi Yusuf 'Alaihissalam ialah seorang yang menjaga Agama dan beliau memiliki kemampuan atau ilmu di bidangnya.

Beliau memberikan haknya dan beliau berpandangan bahwa kedudukan untuk menjadi menteri keuangan pada saat itu tidak ada yang mampu untuk mendudukinya melainkan pasti mereka akan mengabaikan dari apa yang jadi kewajiban untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka tidaklah beliau itu berusaha untuk menampakkan haknya sebisa mungkin. Maka apabila seperti itu bolehlah bagi seorang 'alim untuk memuji dirinya. Namun juga tetap memberikan peringatan tentang bahayanya kedudukan ini. 

Tercelanya menuntut ilmu untuk urusan dunia
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, barang siapa yang dunia itu adalah ambisi utamanya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mencerai beraikan urusannya. Dan Allah akan menjadikan kefakiran itu di hadapan matanya dan dunia itu tidak akan datang kepadanya kecuali yang hanya ditakdirkan kepadanya saja. Tapi barang siapa yang akhirat merupakan tujuan utamanya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memudahkan urusannya atau perkaranya, yang sebelumnya tercerai berai maka akan dikumpulkan dan Allah akan menjadikan kekayaan itu di hatinya. Orang yang seperti ini di dunia, dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk kepadanya.

Ayyub As-Sikhtiyani Rahimahullah berkata apabila Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kepadamu suatu ilmu yang baru maka perbaharuilah ibadahmu kepada Allah. Dan janganlah tujuanmu supaya diceritakan di tengah-tengah manusia.

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata kalau seandainya para penuntut ilmu itu mengambil ilmu dengan haknya dan mengambil ilmu dengan sepantasnya, maka sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mencintai mereka dan juga para malaikat dan orang-orang shalih akan mencintai mereka dan juga para manusia akan menghormati mereka. Akan tetapi jika manusia itu mengambil ilmu untuk dunia, maka Allah akan menghinakan mereka di tengah-tengah manusia.

Menceritakan Abu Hazim Rahimahullah, berkata Hisyam bin Abdil Malik Rahimahullah pernah mendatangi Madinah, maka berkumpul kepada Hisyam tadi manusia dan di sisiku itu ada Imam Zuhri Rahimahullah. Imam Zuhri Rahimahullah berkata, wahai Abu Hazim tidakkah kamu mau menceritakan kepada manusia beberapa haditsmu? Tentu saya akan menceritakan hadits saya. Imam Zuhri mengatakan dulu manusia itu yang mereka ahli dalam ilmu sekali saat mereka itu butuh dengan ilmu, mereka tidak butuh kepada ahli dunia. Sehingga mereka memutuskan perkara dunia. Maka dulu itu pemilik dunia mendekati pemilik ilmu. Namun tatkala ahli dunia melihatnya (pemilik ilmu yang menginginkan dunia), pemilik dunia itu merasa tidak butuh kepada ahli ilmu yang menginginkan dunia tersebut.

Sesungguhnya ilmu itu dicari atau hadits itu dicari dalam rangka untuk ber-taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka dengan tujuan itu, ilmu Agama itu diutamakan dibandingkan ilmu-ilmu dunia dikarenakan menjadikan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kalau seandainya bukan karena Allah maka ilmu Agama itu sama dengan ilmu-ilmu yang lain. Berkata juga Beliau Rahimahullah bahwa sesungguhnya ilmu itu dipelajari tujuan utamanya adalah untuk ber-taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ibrahim At-Taimi Rahimahullah berkata barang siapa yang mencari ilmu itu karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan berikan kepadanya perkara-perkara yang bisa mencukupkan dirinya. 

Ja'far bin Muhammad Rahimahullah berkata, ketika kamu melihat ada seorang alim tetapi ia cinta kepada dunianya. Maka tuduhlah ia atas Agama kalian (curigai agama kita). Karena setiap orang yang mencintai sesuatu maka ia akan diselimuti dengan apa yang dia cintai.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, takutlah dengan firasat seorang yang benar-benar beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena orang yang benar-benar beriman itu firasatnya mencocoki.

Ilmu harus diamalkan
Tentang tercelanya orang yang memiliki ilmu tetapi tidak ingjn mengamalkannya. Seseorang berkata kepada Ibrahim bin Adham Rahimahullah. Laki laki itu bertanya kepada Ibrahim bin Adham Rahimahullah. Berdoalah kepadaku niscaya Allah akan mengabulkan. Lalu kenapa dengan saya ini? Kami sudah berdoa tetapi kenapa tidak juga dikabulkan. Maka Ibrahim bin Adham mengatakan engkau tidak dikabulkan itu bisa jadi 5 perkara. 5 perkara itu ialah:
1. Kamu mengenal Allah tapi kamu tidak memberikan hak-hak Allah,
2. Kamu membaca Al-Qur'an tetapi tidak mengamalkan ilmunya,
3. Kamu mengatakan kami cinta Rasul, tetapi kalian malah meninggalkan sunnah-nya dan malah mengerjakan perkara baru yang diselisihi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam,
4. Kamu mengatakan kami melaknat iblis tetapi malah justru kalian mengikuti iblis,
5. Kalian meninggalkan aib-aib kalian tetapi kalian mencari cari aib manusia.

Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu berkata sesungguhnya aku mengira seorang laki-laki itu meninggalkan sebuah ilmu adalah hakikatnya dari melakukan dosa. Sesungguhnya orang yang alim itu takut kepada Allah. Hanyalah orang yang benar-benar takut kepada Allah ialah seorang alim yang sejati.

Abu Darda Radhiyallahu 'anhu berkata, tidak akan seseorang itu dikatakan ber-taqwa sampai engkau itu berilmu. Dan tidaklah engkau dikatakan indah dengan ilmumu sampai engkau mengamalkan ilmumu.

Kita meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menjaga ilmu atau hadits dengan mengamalkan.

Malik Rahimahullah berkata sesungguhnya hak bagi seorang penuntut ilmu hendaknya ia memiliki ketenangan dan ketenangan jiwa dan hendaklah ia memiliki rasa takut kepada Allah 'Azza wa Jalla. Hendaklah ia mengikuti peninggalan dari orang orang terdahulu.

Allahu a'lam.

No comments:

Powered by Blogger.