Ringkasan Kajian Rutin: Kitabul 'Ilmi #2

November 19, 2021
Al-Ustadz Abu Zaid Hafizhahullah
5 Oktober 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang




Bismillah..
Bab 2. Keutamaan-keutamaan 'Ilmu
1. Sungguh Allah menyanjung-nyanjung 'ilmu dan pemiliknya. Dan mendorong hamba-hambanya di atas 'ilmu serta berbekal dari 'ilmu tersebut. Dan seperti itu pula sunnah yang suci itu. Maka 'ilmu itu termasuk seutama-utama amalan-amalan shalih. Dan 'ilmu ini termasuk seutama-utama dan seagung-agung ibadah. Karena 'ilmu itu termasuk jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan sesungguhnya saja, agama Allah Azza wa Jalla ini betul-betul tegak dengan 2 perkara, yaitu: 'ilmu dan keterangan; peperangan dan pedang.

Maka harus dengan 2 perkara inilah agama akan tegak. Dan tidak mungkin menegakkan agama Allah dan memunculkan agama ini kecuali dengan keduanya sekaligus. Dan yang pertama dari hal ini lebih diutamakan dari yang kedua. Karena itulah dulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menggempur satu kaum sampai kepada mereka itu dakwah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka jadilah 'ilmu dalam hal ini lebih didahulukan dari pedang. Hal ini melaui firman Allah pada QS. Az-Zumar: 9.
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? 
(QS. Az-Zumar: 9)

Yakni apakah sama orang yang melakukan ketaatan sepanjang malam dengan orang yang tidak melakukan ketaatan kepada Allah? Tentu tidak sama. Ini yang dia taat menghadap Allah dan takut adzab Allah. Apakah perbuatan orang yang taat ini dari 'ilmu dan kebodohan? Sungguh jelas dari 'ilmu. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala katakan dalam QS. Az-Zumar: 9.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Katakanlah: Apakah sama orang yang ber'ilmu dengan orang yang tidak ber'ilmu? Sesungguhnya saja, orang yang mengambil pelajaran adalah orang yang punya akal.
(QS. Az-Zumar: 9)

Tidak sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui. Sebagaimana orang yang hidup dan orang yang sudah mati. Atau orang yang melihat dan orang yang buta. Orang yang mendengar dan orang yang tuli. 'Ilmu adalah cahaya, manusia mengambil petunjuk dengannya. Dan ia keluar dengan 'ilmu ini dari kegelapan menuju cahaya. Dengan 'ilmu ini Allah akan mengangkatnya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadilah:11.
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi 'ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(QS. Al-Mujadilah: 11)

Karena itulah kita dapati bahwa ahli 'ilmu itu adalah tempat pujian. Maka ini adalah peninggian untuk mereka di dunia. Adapun di akhirat nanti, akan meninggi derajat-derajat mereka sebagaimana 'ilmu yang mereka miliki dan apa yang mereka kerjakan di dunia. Sesungguhnya yang namanya ahli ibadah adalah orang yang beribadah kepada Rabbnya di atas basirah (mengetahui, dapat membedakan al-haq dan al-bathil). Dan inilah jalannya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah firmankan dalam Surah Yusuf: 108
قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ ۗعَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗوَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Katakanlah: Inilah jalanku. Aku berdakwah ke jalan Allah di atas basirah, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.
(QS. Yusuf: 108)

Maka manusia yang dia bersuci dalam keadaan ia mengetahui bahwa ia berada di jalan syar'i. Apakah ia bersuci hanya karena ia melihat bapak dan ibunya bersuci? Mana dari keduanya yang lebih sampai kepada perwujudan ibadah? Seorang ia bersuci sesungguhnya ia mengetahui bahwasanya Allahu Ta'ala memerintahkannya untuk bersuci dan ia mengetahui perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ataukah ia seorang yang bersuci karena adat yang ia ketahui saja. Maka tidak ragu lagi bahwasanya orang yang pertama adalah orang yang betul-betul beribadah di atas basirah. Apakah sama meskipun amalan dari keduanya itu satu? Akan tetapi yang ini ia mengerjakan atas 'ilmu dan basirah, ia mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sampai titik ini saya bertanya. Apakah kita menyadari bahwasanya kita berwudhu' mengerjakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Ma'idah:6.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ
Wahai orang-orang beriman, apabila kalian bangun untuk shalat. Maka cucilah tangan kalian sampai siku dan usaplah kepala kalian dan cucilah kaki kalian hingga mata kaki.
(QS. Al-Ma'idah: 6)

Apakah manusia ketika berwudhu' menghadirkan ayat ini dan bahwasanya ia berwudhu' atas perintah Allah? Apakah ia menyadari bahwasanya ini wudhu'nya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan ia berwudhu' itu dalam rangka mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semoga iya. Karena pada hakikatnya sebagian kita telah menghadirkan yang sebagaimana itu. Maka dari itu wajib ketika seseorang mengerjakan ibadah dalam rangka melakukan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala hingga pada hati kita muncul keikhlasan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Juga dalam rangka mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita mengetahui bahwasanya termasuk dari syarat-syarat wudhu' adalah niat. Niat adanya di dalam hati. Akan tetapi niat ini adalah yang termasuk niat amal, yaitu yang termasuk dalam fikih. Dan terkadang yang termasuk dalam niat adalah niat yang diberi amal untuknya. Maka wajib bagi kita untuk mengerjakannya. Bahwasanya kita mengerjakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala itu agar terwujud keikhlasan. Dan kita mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  agar terwujud sunnah. Karena termasuk dari syarat-syarat dalam ibadah adalah ikhlas dan mutaba'ah. Dan dengan keduanya inilah akan terwujud tauhid yaitu tidak ada sesembahan selain Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah

Ketika dengan 'ilmu inilah seorang beribadah kepada Rabbnya di atas basirah. Dan akan terkait hatinya itu dengan ibadah dan akan bersinar hatinya itu dengan ibadah tersebut. Dan jadilah pelaku ibadah ini betul-betul ahli ibadah. Karena itulah ketika manusia shalat di atas sisi yang seperti ini maka ia dijamin oleh Allah bahwa dirinya akan dijauhkan dari hal keji dan munkar. Dan termasuk dari sepenting-pentingnya 'ilmu yaitu bahwasanya 'ilmu ini adalah warisan para Nabi. Maka para Nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya saja mereka mewariskan 'ilmu. Maka barang siapa yang mengambil 'ilmu ini, ia sudah mengambil yang paling berharga dari warisan para Nabi. Dan ini adalah sebesar-besarnya keutamaan.

Allahu a'lam bishawab.

No comments:

Powered by Blogger.