Ringkasan Kajian Rutin: Kitabul 'Ilmi #15

January 12, 2022
Ustadz Abu Zaid Hafizhahullah
2 Jumadil Akhir 1443H /  4 Januari 2022
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah...

Sebab-Sebab Yang Membantu Untuk Menuntut 'Ilmu
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah, sebab-sebab yang membantu untuk mencari 'ilmu itu banyak, diantaranya adalah:
1. Ketaqwa'an
Ketaqwa'an ini adalah wasiat Allah untuk orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan ini dari kalangan hamba-hamba-Nya Ta'ala. Allah berfirman dalam Surah An-Nisa: 131.
 وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا
Dan sungguh Kami telah berwasiat kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kalian dan juga kepada kalian. Wasiat Kami hendaknya kalian bertaqwa' kepada Allah. Dan jika kalian kufur, maka sesungguhnya milik Allah lah apa-apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan senantiasa Allahu Ta'ala itu Maha Kaya dan Maha Terpuji.

Bertaqwa' kepada Allah itu adalah wasiat dari Allah itu sendiri kepada hamba-hamba-Nya dan ketaqwa'an ini juga merupakan wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap ummat beliau.

Dari Shahabat Abu Umamah Shudai bin Ajlan Al-Bahili Radhiyallahu 'anhu, beliau berkata "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berkhutbah di haji perpisahan, haji terakhir beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Nabi bersabda, bertaqwa'lah kalian pada Rabb kalian dan shalatlah kalian pada lima waktu, puasalah kalian di bulan Ramadhan dan tunaikanlah zakat-zakat kalian, kemudian taatlah kalian kepada pemimpin-pemimpin kalian. Maka kalian akan masuk ke surga Rabb kalian.

Dan dulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila beliau mengutus seorang pemimpin pada sekelompok pasukan. Beliau berwasiat kepasa pemimpin tersebut kepada dirinya untuk bertaqwa' kepada Allah dan juga kepada orang-orang yang bersama pemimpin tersebut dari kalangan kaum Muslimin, beliau berwasiat dengan kebaikan. 
Dan terus menerus dari salafush shalih, mereka saling berwasiat dengan ketaqwa'an ini di dalam khutbah-khutbah mereka, tulisan-tulisan mereka dan juga wasiat-wasiat mereka ketika akan wafat.

Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu telah menulis (berwasiat) kepada anaknya yaitu Abdullah bin Umar. Maka sesungguhnya aku berwasiat kepada engkau wahai anakku. Berwasiat dengan taqwa' kepada Allah Azza wa Jalla. Karena barang siapa yang bertaqwa' kepada-Nya, Dia Ta'ala akan menjaganya. Dan barang siapa yang memberi pinjaman kepada Allah, Dia akan membalasnya. Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka Dia pun akan menambahnya.

Dan telah berwasiat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu kepada seorang laki-laki. Aku berwasiat kepada engkau dengan ketaqwa'an kepada Allahu Azza wa Jalla. Yang mana engkau mesti akan bertemu dengan Allahu Ta'ala dan tidak ada tempat akhir kembali untukmu kecuali kepada Dia Ta'ala dan Dia lah Dzat yang memiliki dunia dan akhirat.

Dan telah menulis salah seorang yang shalih, dia menulis kepada saudaranya di jalan Allah. Aku berwasiat kepada engkau dengan taqwa' kepada Allah, Yang mana Dia adalah Allah yang engkau berbisik di kesendirianmu. Dia lah Dzat yang mengawasimu di kala engkau terang-terangan, maka jadikanlah Allah dalam hatimu pada setiap keadaanmu baik di siang hari maupun di malamnya. Dan takutlah kepada Allah sesuai dengan kadar dekatnya Dia darimu dan kemampuan Dia Ta'ala terhadapmu (takutlah kepada Allah Ta'ala sesuai dengan 'ilmu kadar Allah Ta'ala bahwa Dia dekat denganmu dan mampu untuk menghukummu). Dan ketahuilah bahwasanya engkau dengan penglihatan Allahu Ta'ala, tidak mampu engkau keluar dari kekuasaan-Nya menuju kekuasaan lainnya. Dan juga engkau tidak mampu untuk keluar dari kerajaan-Nya ke kerajaan yang lain. Maka agungkanlah kehati-hatianmu kepada Allah dan perbanyaklah rasa takutmu. Semoga keselamatan atas engkau.

Dan Arti taqwa', seorang hamba menjadikan antara dia dan antara apa yang dia takuti. Dia menjadikan tameng yang menjaganya dari ketakutan itu. Dan ketaqwa'an seorang hamba kepada Rabbnya, adalah dia menjadikan antara dia dan antara Dzat yang dia takutinya itu. Seorang hamba ini menjadikan penghalang yang menghalanginya dari demikian itu. Bagaimana caranya? Dia mengambil tameng dengan cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan, berarti dia membuat ketaqwa'an. Ketahuilah bahwa kata taqwa' terkadang beriringan dengan kata birr yang artinya kebaikan. Maka yang seperti ini dikatakan birrun wa taqwa' artinya kebaikan dan ketaqwa'an. Sebagaimana dalam firman Allahu Ta'ala dalam Surah Al-Maidah: 2.
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ
Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwa'an.

Dan terkadang kata taqwa' berdiri sendiri. Maka jika bergandeng kata taqwa' dan birr maka kata birr itu bermakna mengerjakan perintah-perintah dan taqwa' berarti meninggalkan larangan-larangan. Berarti maknanya adalah tolong menolonglah kalian di atas melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan. Dan apabila berdiri sendiri kata taqwa' maka jadilah dia mencakupi umum pada perkara mengerjakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan.

Dan sungguh Allah menyebutkan dalam Kitab-Nya bahwa surga itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa'. Maka orang bertaqwa' itu adalah penduduk surga. Semoga Allah menjadikan kita dan juga kalian termasuk dari penduduk surga. Karena itulah wajib bagi manusia untuk mereka bertaqwa' kepada Allah Azza wa Jalla dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan mencari pahalanya serta mencari keselamatan dari hukuman-Nya.

Telah berfirman Allah Azza wa Jalla dalam Surah Al-Anfal: 29.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّكُمْ فُرْقَانًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa' kepada Allah, maka Dia akan menjadikan untuk kalian furqanan (pembeda), Dia Ta'ala akan melebur kesalahan-kesalahan kalian dan akan mengampuni kalian. Dan Allah Dzat yang memiliki keutamaan yang sangat agung.

Dalam ayat ini terdapat tiga faidah yang penting terkait dengan ketaqwa'an.
1. Seorang yang bertaqwa' itu Allah jadikan pembeda. Yakni Dia akan menjadikan untuk kalian berupa apa yang kalian bisa membedakan antara al-haq dan al-bathil.  Dia bisa membedakan mana yang bermudharat dan mana yang berupa kemaslahatan, dan inilah masuk padanya yang namanya 'ilmu. Yang mana Allah akan membuka kepada manusia berupa 'ilmu-'ilmu pada apa yang Allah tidak membuka pada yang lainnya.

Karena ketaqwa'an menghasilkan tambahan petunjuk dan juga tambahan 'ilmu dan juga tambahan hafalan. Imam Syafi'i Rahimahullah mengatakan, aku mengadu kepada Imam Waqi' tentang jeleknya hafalanku. Maka beliau membimbingku untuk meninggalkan maksiat. Imam Waqi' mengatakan bahwa 'ilmu itu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat.

Tidak ragi lagi bahwa manusia setiap kali bertambah 'ilmu maka bertambah ma'rifat dan bertambah pembedaan antara al-haq dan al-bathil dan juga bertambah pula pengetahuan tentang yang bermudharat dan yang bermaslahat. Demikian juga masuk padanya yang dia dikatakan akan membantu orang untuk mendapatkan 'ilmu berupa apa yang Allah bukakan kepada manusia berupa pemahaman. Karena ketaqwa'an itu sebab untuk kuatnya pemahaman. Dan kuatnya pemahaman terhasilkan padanya tambahan 'ilmu.

Maka engkau lihat dua orang yang mana keduanya menghafal satu ayat dari Kitabullah. Satu di antaranya mampu mengeluarkan tiga hukum, dan yang lainnya mampu mengeluarkan lebih banyak dari tiga hukum ini sesuai dengan apa yang Allah berikan padanya dari pemahaman.

Maka ketaqwa'an adalah sebab bertambahnya pemahaman. Dan akan masuk pula di demikian itu yang namanya firasat. Allahu Ta'ala akan memberi kepada orang bertaqwa' dengan satu firasat yang dengan firasat ini sampai ia bisa membedakan di tengah manusia. Maka dengan semata-mata ia melihat kepada manusia, ia dapat membedakan ini orang dusta, ini orang jujur. Atau ia bisa membedakan mana orang baik dan mana orang yang dosa. Sampai-sampai ia bisa menghukumi kepada seseorang padahal ia belum pernah bergaul atau belum mengenal sedikitpun.

2. Allah akan menghapus dosa-dosa kalian. Penghapus dosa itu terjadi dengan amal-amal shalih. Maka amal-amal shalih itu akan menghapus amal-amal keburukan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, shalat-shalat yang lima juga shalat Jum'ah ke shalat Jum'ah, bulan Ramadhan ke bulan Ramadhan itu adalah penghapus dosa-dosa kecil selama dijauhi dosa-dosa besar.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, umrah ke umrah berikutnya adalah penghapus dari apa yang ada di antara keduanya.

Maka penghapusan terjadi dengan amal-amal shalih. Dan inilah yang dimaksud bahwa manusia ketika bertaqwa' kepada Allah, akan mudah baginya untuk mengerjakan amal-amal shalih yang mana ini bisa menjadi sebab Allah menghapus dosa-dosa darinya.

3. Allahu Ta'ala akan mengampuni kalian. Dan akan memudahkan kalian untuk beristighfar dan bertaubat. Ini adalah termasuk nikmat dari Allah kepada hamba.

Allahu a'lam..

No comments:

Powered by Blogger.