Ringkasan Kajian Rutin: Kitabul 'Ilmi #14

January 06, 2022
Ustadz Abu Zaid Hafizhahullahu Ta'ala
28 Desember 2021
Masjid Nur Annisa, Semarang

Bismillah..

Adab Penuntut 'Ilmu
12. Serius Memahami Kemauan Allahu Ta'ala dan Kemauan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam
Termasuk perkara-perkara yang sangat penting di dalam menuntut 'ilmu adalah konsekuensi pemahaman atau ketepatan pemahaman. Yakni memahami keinginan Allah Azza wa Jalla dan maksud atau keinginan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena kebanyakan dari manusia, mereka diberi 'ilmu akan tetapi tidak diberi pemahaman. Tidak cukup engkau menghafal Kitabullah dan apa yang mudah dari sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan tanpa pemahaman. Harus engkau memahami dari Allah dan Rasul-Nya apa yang Allah dan Rasul-Nya menginginkan itu. Dan tidaklah banyak ketergelinciran dari suatu kaum, mereka berdalil dengan nash-nash di atas apa yang bukan keinginan Allah dan Rasul-Nya, maka akan terhasil dari yang demikian itu kesesatan-kesesatan. Dan dari sanalah saya peringatkan pada poin penting ini, ketahuilah bahwa kesalahan di dalam pemahaman terkadang lebih berbahaya dari kesalahan karena kebodohan. Karena orang yang bodoh yang ia salah karena kebodohannya, ia mengetahui bahwasanya ia memang bodoh dan akhirnya ia belajar. Akan tetapi yang memiliki pemahaman salah, ia meyakini pada dirinya bahwa dirinya itu 'alim dan mengetahuinya serta merasa benar. Dan kami akan contohkan untuk demikian itu sebagian contoh agar jelas bagi kita mengenai pentingnya pemahaman.

Telah berfirman Allahu Ta'ala, dan ingatlah terhadap Daud dan Sulaiman, ketika keduanya menghukumi dalam perkara ladang. Ketika merusak pada ladang tersebut kambing milik suatu kaum. Dan kami terhadap hukum mereka, menyaksikan. Maka kami memberikan pemahaman terhadap Sulaiman, dan pada tiap-tiap keduanya kami berikan hikmah dan 'ilmu. Dan kami tundukkan bersama Daud gunung-gunung, mereka bertasbih, dan juga burung-burung. Dan demikianlah kami berbuat. Allah Azza wa Jalla melebihkan Sulaiman di atas Daud di ketepatan ini dalam pemahaman.  Maka kami berikan pemahaman kepada Sulaiman. Akan tetapi bukanlah di sini ada kekurangan pada 'ilmu Daud. Dan pada setiap keduanya kami berikan hikmah dan 'ilmu. Lihatlah ke ayat yang mulia ini, tatkala Allah Azza wa Jalla menyebutkan pada apa yang istimewa dengannya Sulaiman berupa pemahaman. Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla juga menyebutkan keistimewaan Daud 'Alaihissalam. Dan kami tundukkan bersama Daud, gunung-gunung itu bertasbih. Dan yang demikian itu hingga bisa berbuat adil dari keduanya itu. Maka Allahu Ta'ala menyebutkan pada apa yang keduanya itu bersekutu berupa hikmah dan 'ilmu. Kemudian Allahu Ta'ala menyebutkan apa yang teristimewakan setiap satu dari keduanya dari yang lain. Dan ini menunjukkan kepada kita atas pentingnya pemahaman dan bahwa 'ilmu itu bukan segala sesuatu.

Apabila ada padamu dua bejana, salah satunya ada air panas dan bejana yang lain isinya air dingin. Dan musimnya adalah musim dingin. Kemudian datang seorang menginginkan mandi karena janabah. Maka berkata sebagian manusia, yang lebih utama hendaknya ia menggunakan air yang dingin. Yang demikian itu karena menggunakan air yang dingin itu lebih berat karena di musim dingin dan menggunakan air dingin. Dia berfatwa bahwa lebih afdhal menggunakan air yang dingin karena Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, maukah aku beritahukan kepada kalian pada sesuatu yang Allah akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan mengangkat dengannya ke derajat-derajat yang lebih tinggi. Para shahabat mengatakan, "Mau Ya Rasulullah", kata beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam "Sempurnakan wudhu di atas kondisi-kondisi yang tidak disukai". Maka apabila kamu menggunakan air yang dingin untuk menyempurnakan wudhu, itu lebih afdhal daripada engkau menyempurnakan wudhu dengan air yang hangat. Menyesuaikan terhadap kondisi cuaca. Maka pertanyaannya adalah, apakah kesalahannya itu ada pada 'ilmu atau ada pada pemahaman? Kesalahan itu pada pemahaman. Dikarenakan Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, sempurnakan wudhu di kondisi yang tidak disukai. Beliau tidak mengatakan pilihlah air yang dingin untuk berwudhu. Maka bedakanlah dua ungkapan ini. Kalau saja teks yang ada dalam hadits adalah pilihlah air yang dingin untuk berwudhu maka itu menjadi benar. Akan tetapi Nabi mengatakan, sempurnakanlah wudhu pada kondisi-kondisi yang tidak disukai. Karena maksud teks haditsnya adalah bahwa dinginnya air tidak menghalangi seseorang untuk berwudhu. Apakah Allah menghendaki kepada hamba-Nya kemudahan atau kesulitan? Jawabannya dalam firman Allahu Ta'la pada Surah Al-Baqarah: 185
ÙŠُرِÙŠْدُ اللّٰÙ‡ُ بِÙƒُÙ…ُ الْÙŠُسْرَ ÙˆَÙ„َا ÙŠُرِÙŠْدُ بِÙƒُÙ…ُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kepada kalian kemudahan dan tidak menginginkan untuk kalian kesulitan.

Dan dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sesungguhnya agama ini mudah. Maka sesungguhnya ketepatan dalam pemahaman adalah konsekuensi yang sangat penting. Maka wajib bagi kita untuk memahami apa yang Allah inginkaan dari hamba-hamba-Nya. Apakah Allahu Ta'ala menghendaki untuk memberatkan terhadap hamba-hamba dalam menunaikan ibadah-ibadah atau menghendaki kemudahan-kemudahan? Jawabannya adalah Allah menghendaki untuk hamba-hamba-Nya kemudahan dalam beribadah. Tidak ragu bahwa Allah Azza wa Jalla menghendaki untuk kita kemudahan dan Allah tidak menghendaki untuk kita kesusahan. Maka ini adalah sebagian adab-adab dari apa yang selayaknya untuk para penuntut 'ilmu, ndaknya adab-adab itu memberikan pengaruh pada 'ilmunya hingga ia pun menjadi contoh yang baik. Hingga ia pun menjadi seorang da'i, penyeru kepada kebaikan dan menjadi Imam dalam Agama Allahu Ta'ala.

Maka dengan kesabaran dan keyakinanlah akan diraih keimaman di dalam agama. Sebagaimana firman Allahu Ta'ala dalam Qur'an Surah As-Sajdah: 24.
ÙˆَجَعَÙ„ْÙ†َا Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ْ اَÙ‰ِٕÙ…َّØ©ً ÙŠَّÙ‡ْدُÙˆْÙ†َ بِاَÙ…ْرِÙ†َا Ù„َÙ…َّا صَبَرُÙˆْاۗ ÙˆَÙƒَانُÙˆْا بِاٰÙŠٰتِÙ†َا ÙŠُÙˆْÙ‚ِÙ†ُÙˆْÙ†َ
Dan Kami jadikan dari kalangan mereka Imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan mereka yakin terhadap ayat-ayat Kami.

Dengan dua hal ini, seorang mendapatkan keimaman dalam urusan agama.

Allahu a'lam...

No comments:

Powered by Blogger.